BUKU TAMU

Sabtu, 12 Maret 2011

Aku dan Bonsai

  Aku lahir dan besar dikota lubuk linggau ,Sumatera selatan. Tempat tinggalku tepat dikaki bukit sulap,bukit yang menjadi icon kota lubuk linggau

                                    
                               Bukit Sulap dan sungai kelingi tempatku berburu bakalan bonsai

   Layaknya bocah kecil aku suka bermain di sungai,mencari ikan ,udang adalah rutinitas soreku.Disinilah awal dari kecintaanku terhadap seni Bonsai. Tumbuhan liar yang mengerdil alami diatas bebatuan sungai menarik perhatianku. hingga pada suatu hari aku mencoba mencongkel bongkahan batu untuk mengambil pohon yang mencengkram batu tersebut.dengan susah payah kupanggul batu dan pohon yang tak kuketahui jenisnya dan membawanya kerumah...wehhh mana jalannya licin menanjak.
  Sampai dirumah kucoba menanamnya pada pot dari potongan ember bekas cat...hehehe... maklum belum ada pot bonsai.Seminggu kemudian tunas baru mulai muncul. aku bingung bagaimana membentuk ranting dan dahannya   dari reperensi buku yang kupinjam diperpustakaan sekolah ( SMP N 3 ) aku mulai belajar membentunya dengan imajinasiku.


Sungai kelingi.

    Sejak saat itu aku makin sering mengumpulkan dan berburu tanaman kerdil untuk dibuat bakalan Bonsai.


Selengkapnya...

Bonsai Style

I.    BERDASARKAN UKURAN DAN TINGGI POHON.
   Berdasarkan kriteria tinggi tanaman,Bonsai terbagi menjadi 5 golongan

  1. Bonsai Mini ( Mame Bonsai ) yaitu bonsai yang memiliki tinggi /panjang pohon tak lebih dari 15 cm
  2. Kecil ( Ko Bonsai ) tingginya antara 15-30 cm
  3. Sedang, Medium dengan tinggi antara 30-45 cm
  4. Besar, Large dengang tinggi antara 45-75 cm
  5. Sangat Besar, Ekstra Large  ( Dai Bonsai ) tingginya lebih dari 75 cm

II.   BERDASARKAN JUMLAH POHON DAN DAHAN.
A. Ippon-Ue ( Berbatang tunggal )



Gaya Ippon-Ue terbagi atas :
1.  Tankan ( Berdahan Tunggal )
2.  Sokan ( Berdahan Dua )
3.  Sankan ( Berdahan tiga )
4.  Gokan ( Berdahan lima )
5.  Nanakan ( Berdahan tujuh )
6.  Kyukan ( Berdahan sembilan )


1.  Tankan ( Berdahan Tunggal )


2.  Sokan ( Berdahan Dua )



3.  Sankan ( Berdahan tiga )


B. Soju ( Dua Pohon )
      Soju adalah menanam dua pohon dalam satu pot, yang perlu diperhatikan dalam membuat bonsai saju adalah ukuran pohon jangan sama hal ini dimaksud untuk menhilangkan kesan monoton serta dahan dan ranting pohon di perhatukan agar tidak saling silang sehingga menutupi keindahan salah satu pohonnya.


                                                                Bonsai Soju


C. Sambon yose ( Tiga pohon )
     Yang perlu di perhatikan jika membuat Bonsai dengan style Sambon yose adalah penempatan / posisi ketiga pohon tersebut dalam satu pot.Penempatan yang baik adalah membentuk litter T seperti pada gambar dibawah.
Bonsai  Sambon yose


D. Gohon  yose ( Lima pohon )


Bonsai Gohon  yose   

    Tehnik membuat Bonsai gohon yose bias dikenal dengan tehnik ikada-buki yaitu dengan cara merebahkan pohon induk dalam pot dan membiarkan cabang pohon tersebut tumbuh menjadi individu baru.

E. Nanahon yose ( tujuh pohon )


    
Bonsai Nanahon yose

F. Kyuhon yose ( sembilan pohon )
    Pot yang digunakan untuk menanam Bonsai Kyuhon yose adalah pot berukuran besar karena untuk menempatkan 9 pohon dalam satu pot tanpa mengesankan acak acakan membutuhkan media yang luas.


Bonsai Kyuhon yose

G.  Yose-ue  ( Group Planting )
     Untuk jumlah diatas 9 pohon bonsai sudah dikategorikan dalam Grouping .yang perlu diperhatikan disini adalah jumlah pohon harus selalu ganjil.bisa 11,13,15,17....hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan kesan kaku dan monoton 


 Bonsai Grouping



III.  BERDASARKAN GAYA DAN BENTUK POHON ( Gaya Dasar )
  
A. Gaya Tegak lurus ( Chokkan  / Formal upright  )
     Dalam membentuk Bonsai bergaya tegak lurus ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Pangkal Akar,Pohon dan cabang Besar dan semakin keatas semakin mengecil.
2. Akarnya kuat dan menjalar kesegala arah
3. Diameter Cabang pada bagian bawah harus lebih besar dari bagian atasnya.
4. Jarak Cabang semakin keatas semakin merapat.
5. Tinggi Batang dan diameter batang harus Ideal.Tinggi ideal adalah 6x diameter batang
6. Pengaturan arah cabang sehingga tidak terkesan salin menutupi atau terlihat acak  
    acakan.sebagai panduan jika pohon memiliki sepuluh cabang adalah sebagai berikut :
        * Cabang pertama mengarah keposisi jam 3.30
        * Cabang kedua mengarah keposisi jam 1
        * Cabang ketiga mengarah keposisi jam 8.30
        * Cabang keempat  mengarah keposisi jam 2.30
        * Cabang lima mengarah keposisi jam 10
        * Cabang keenam mengarah keposisi jam 8.
        * Cabang ketujuh megarah keposisi jam 3
        * Cabang kedelapan mengarah keposisi jam 12.30
        * Cabang kesembilan mengarah keposisi jam 9.30
        * Cabang kespuluh mengarah keposisi jam 4.


Gaya Tegak lurus


B.  Gaya tegak berliku ( Tachiki / Informal upright ).
      Dalam membentuk Bonsai bergaya tegak lurus ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Pangkal batang lebih besar dan mengecil sampai top mahkota
2. Diameter cabang dibagian bawah harus lebih besar dari bagian atas.
3. Lekukan batang mengarah kekiri dan kekanan bukan kedepan atau kebelakang
4. Cabang tumbuh seolah-olah pad tiap lekukan batang.
5. Jika ada cabang yang muncul didepan atau dibelakan Batang harus dibuang.
6. Tinggi cabang pertama sekitar 1/3 dari tinggi keseluruhan.
7. Agar pohon terkesan tua dapat di tambahkan dengan Variasi Jin, shari,uro dan saba-
    miki pada batang.


Gaya tegak berliku 


C.  Gaya Miring ( Shakan / Slanting ).
      Pada Bonsai bergaya miring yang perlu diperhatikan adalah :
  1.  Posisi akar, Jika Pohon miring kekanan maka akar yang menjalar kekiri harus kuat dan sebaliknya.
  2.  Sudut cabang, Jika pohon miring kekanan maka sudut cabang kearah kanan harus lebih besar.
  3.  Arah cabang bisa dibuat sejajar dengan tanah atau merunduk kearah permukaan tanah,tergantung porposional bentuk bonsai keseluruhan.
                                         
Bonsai bergaya Miring, perhatikan posisi akar,sudut cabangnya


D.  Gaya Setengah Menggantung ( Han kengai / semi cascading ).
    Yang dimaksud setengah menggantung adalah posisi top mahkota masih diatas atau sejajar dengan permukaan tanah.Bonsai bergaya setengah mengantung menggambarkan pohon yang hidup di tempat yang curam atau di pinggir tebing yang tandus,



Bonsai bergaya setengah mengantung.





E.  Gaya Menggantung ( Kengai / Cascading ).
       Yang membedakan Bonsai bergaya setengah menggantung dengan yang menggantung adalah posisi Top mahkota,Jika setengah mengantung top mahkota masih diatas atau berada sejajar dengan permukaan tanah maka bonsai menggantung,top mahkotanya berada di bawah permukaan tanah.


Bonsai bergaya menggantung .Top mahkota berada dibawah permukaan tanah.




IV.  GAYA VARIASI  ( Pengembangan dari gaya dasar ).

1.  Hoki Zukuri style ( Broom Shape ) ,Sapu terbalik.

    Mahkota Bonsai ini berbentuk seperti sapu ijuk.Jenis tanaman yang cocok di buat Bonsai Hoki zukuri adalah yang memiliki perakaran kokoh dan berbatang tegak memanjang, serta tidak memiliki percabangan yang rendah.Cara pembuatannya kebanyakan dengan cara Okulasi ( menyambung ) dengan memilih Batang bawah yang kokoh dan Mahkota yang lebat.

Hoki Zukuri style 


2.  Bankan style ( Coiled ) ,Melingkar.




3.  Nejikan,  ( twisted ) ,Terpelintir.




4.  Fuki nagashi ( Wind swept ) ,Tertiup angin.




5. Neagari  ( Eksposed root ), Menonjolkan akar.




6. Shidare zukuri  ( weeping ) , Merunduk.




7. Sekijoju  ( On The Rock ) , Mencengkram Batu.




8. Ishizuke ( Rock Planting ) Tumbuh diatas batu.



9. Bunjin ( Free style ) ,Gaya bebas.



10. Saikei , Miniatur alam.



Catatan : Ishizuke ,  Bunjin , biasanya di sajikan dalam bentuk Saikei ( Miniatur alam ) ,perlu diingat Saikei berbeda dengan Bonsai group Planting, karena Saikei memasukan unsur alam seperti sungai,danau, atau tebing terjal lengkap dengan rumah atau pondok.
Selengkapnya...

Kamis, 10 Maret 2011

100 Jenis Tanaman Asli Indonesia yang bisa di Bonsai

                                        
 1. Amplas (Ficus ampelas)


2. Anting putri (Wrightia religiosa)

 3. Asam jawa ( Tamarindus indica)

4 Asam londo(Pithecellobium dulce)


5. Azalea (Rhododendron sp.)

6. Beringin (Ficus benjamina)
 7. Beringin elegant (Ficus compakta)
 8. Beringin filipin (not available)
 9. Beringin Laut (not available)
10. Beringin Karet (Ficus retusa)
11. Beringin Taiwan/Kimeng (Ficus Microcarpa)
12. Beringin Korea (Ficus Compacta)
13. Beringin Soka (Ficus thunbergi)
14. Bodi (Ficus religiosa)
15. Borsus (not available)
16. Bougenville (Bougenvillea spectabilis)
17. Bunut (Ficus glauca)
18. Black pine (Pinus thunbergii)
19. Buxus (Buxus harlandii)
20. Buni (Antidesma bunius)
21. Cemara buaya (Juniperus horisontalis)
22. Cemara duri (Juniperus chinensis)
23. Cemara papua (Cupresus papuanus)
24. Cemara udang (Casuaraina equisetifolia)
25. Cemara sinensis (Juniperus chinensis)
26. Cendrawasih (Phylantus neruri)
27. Cen Ie (Buxus sinica)
28. Delima (Punica granatum)
29. Ficus SP
30. Gulo kematung (not available)
31. Gandarukam (Flacourtia rukam)
32. Hokkiantea (Carmona mycrophylla)
33. Ileng ileng (not available)
34. Jambu biji (Psidium guajava)
35. Jeruk kingkit (Triphasia trifolia)
36. Jeruk klenteng (Citrus sp)
37. Kapasan (Cerodendrum merme)
38. Kawista kerikil (Feronia lucida)
39. Karet Kebo (Ficus eliptika)
40. Kemuning (Muraya paniculata)
41. Kupa landak (Sysgium cauliflora)
42. Ki besi (Sageretia sp)
43. Kimeng (Ficus microcarpa)
44. Ki tameang (Celtis sinensis)
45. Ki hideung (Dyospyros evena)
46. Ki putri (Podosarpus neriifolius)
47. Kuping tikus (Euphorbia tirucalli)
48. Klampis (Acacia sp.)
49. Kapasan (Cerodendrum merme)
50. Landepan (Plectronia horrida)
51. Lada lada (Osteoameles subratonda)
52. Lohansung (Podocarpus macrophyllus)
53. Loa (Ficus glomerata)
54. Luciana (Powder puff)
55. Melati (Jasmine)
56. Mirten (Malphigia coccigera)
57. Murbai (Morrus alba)
58. Mustam (Dyospyros montana)
59. Nasi nasi (Sysigium buxifolia)
60. Ohna (Maba buxifolia)
61. Pung (Acacia farnensiana)
62. Phusu (Eugina lineata)
63. Pilang (Acacia leucophloea)
64. Penjalin (Eugenia lineata)
65. Pohon perak (Eleagnus latifolia)
66. Pinus (Pinus merkusii)
67. Pusaka (Timonius sp.)
68. Pyracanta daun bundar (Pyracanta angustifolia)
69. Pyracanta daun panjang(Pyracanta grenulata)
70. Rukam (Flacourtia indica)
71. Santigi (Phempis acidula)
72. Santigi lanang (not available)
73. Santigi gunung (not available)
74. Saeng Simbur (Desmodium sp)
75. Sancang (Phemna microphyla)
76. Sakura (Langestromia indica)
77. Sapu-sapu (Tamarix sp)
78. Sakura (Langestromia indica)
79 Serpang (not available)
80. Seribu bintang (Serisa foetida)
81. Serut (Camona retusa)
82. Serut pagar (Carmona retusa)
83. Sianci (Malphigia sp.)
84. Sidoguri (Carmona retusa)
85. Segretia (Segretia theezans)
86. Sianto (Eugenia uniflora)
87. Sisir (Cudrania cochinchinensis)
88. Soka (Ixora coccinea)
89. Stock yongen (not available)
90. Suweng (not available)
91. Sterblus (Taxotrophis taxoides)
92. Trenggulun (Protium javanicum)
93. Tahtehan/Penitian (Durante repens)
94. Ulmus (Ulmus lanca efolia)
95. Ulmus Cina (Ulmus parfiflora)
96. Wahong (Premna mycrophylla)
97. Wahong laut (Premna nauseose)
98. Waru (Hibiscus tiliaceus)
99. Wareng (Gmenllina eliptica)
100.Walikukun (Actinophora fragrans) Selengkapnya...

Sejarah Seni Bonsai




Bonsai lebih dikenal sebagai tanaman kerdil yang terlihat indah dengan berbagai hasil penuangan karya seni dari manusia. Asal bonsai pertama kali nampak di China dengan sebutan penjing. Seni pemangkasan tanaman yang biasa disebut penjing oleh masyarakat China ini, sangat digemari oleh para pejabat kerajaan dimasa itu. Untuk pengembangan dari penjing sendiri, dilakukan oleh para biksu yang beragama Tao dimana tanaman ini merepentasikan salah satu pokok ajarannya yaitu tentang terciptanya keseimbangan serta keharmonisan manusia dengan alamnya. Untuk asal originalitas seni pemangkasan ini semua pihak sepakat bahwa China adalah asal asli teknik pemangkasan ini.
Legenda bonsai pada zaman kerajaan
Pada kerajaan Shuhan sekitar 220M-265M terjadi persaingan terselubung antara raja yang sedang berkuasa yaitu raja Zhuge Liang dengan salah satu penerus kerajaan yang bernama Liu Bei. Sang raja Zhuge Liang adalah seorang pengatur strategi perang yang sangat ulung disepanjang sejarah China. Untuk itu Liu Bei sebagai salah satu penerus kerajaan meminta bimbingan Zhuge Liang dalam memenangkan peperangan, tapi Zhuge Liang sebagai pihak yang diminta bantuan enggan memberikannya.
Setelah beberapa kali Liu Bei mendatangi Zhuge Liang secara pribadi dengan dibantu oleh dua orang kepercayaannya, yaitu Panglima perang Guanyu dan Zang Fei, dalam melakukan pendekatan persuasinya kepada Zhuge Liang. Mereka bertiga menyatakan janji setia pada kerajaan Shuhan dengan memberikan pohon pear yang telah dibonsai kepada Zhuge Liang. Bonsai pear ini melambangkan perdamaian yang akan terus dijaga dikerajaan Shuhan. Kenapa pohon pear yang telah dibonsai.
Bonsai eksis sebagai seni pemangkasan yang khusus ditujukan sebagai tanaman hias dengan keeksklusifitasan keindahannya untuk berusaha semaksimal mungkin menampilkan bentuk yang terlihat alamiah. Semakin terlihat alamiah sebuah tanaman bonsai, maka semakin bernilai lebih bonsai tersebut dengan tanpa mengurangi tajamnya kreatifitas manusia akan seni pemangkasan bonsai. Asas terpentingnya dari seni pemangkasan bonsai adalah timbulnya harmonisasi antara manusia dengan alam. Maksud sejati dari seni pemangkasan ini adalah dimana sang perawat tanaman mendapatkan sebuah kepuasan batiniah yang tak ternilai.
Sebelum tahun 1800an masyarakat Jepang mengenal teknik pengkerdilan melalui pemangkasan tanaman ini dengan nama hachi-no-ki yang berarti secara harfiah “tanaman dalam pot” dan kemudian terjadi mutasi pergeseran kata menjadi bonsai. Pergaseran kata ini dapat terjadi setelah adanya sebuah kelompok study bonsai dari Jepang, yang berusaha mencari tentang akar asal usul seni pemangkasan ini. Kata penzai adalah yang diduga merupakan asal pergeseran kata bonsai ini.
Seni pengkerdilan melalui pemangkasan suatu tanaman ini pertama kali datang ke Jepang antara era kerajaan Heian (794 M) hingga akhir masa kejayanya kerajaan Edo pada kepimpinan klan Tokugawa (1876M). Sebagian pihak menganggap bonsai hadir pada masa kerajaan Kamakura (1192M-1199M) dikarenakan adanya sebuah lukisan seorang pejabat kerajaan pada masa itu yang dihiasi oleh tanaman bonsai, dimana lukisan itu menjadi bukti yang sangat otentik tentang adanya bonsai di Jepang.
Semua pihak berpendapat bahwa para biksu dari Chinalah yang membawa teknik pengkerdilan tanaman melalui pemangkasan ini, dengan seiring keinginan misionaris agama mereka di Jepang. Keindahan tanaman bonsai yang begitu membius akan sebuah ketenangan membuat para bangsawan kerajaan Jepang mulai mendewakan bonsai sebagai identas kebangsawanannya. Sehingga bonsai menjadi identik sebagai tanaman kerajaan. Keesklusifan tanaman bonsai itu terlihat dikarenakan butuh sebuah suasana perawatan yang sangat khusus untuk merawat tanaman bonsai.
Teknik pengkerdilan tanaman ini dikenal luas oleh masyarakat umum di Jepang. Melalui seorang pesuruh kerajaan yang mengajarkan teknik bonsai keseorang muridnya, dikarenakan ia merasa sudah sangat tua dan takut tidak ada orang lagi yang akan meneruskan merawat bonsai kesayangannnya. Setelah dari seorang masyarakat biasa ini teknik merawat bonsai terus berkembang dari mulut ke mulut yang kemudian mendarah daging dalam adat istiadat orang Jepang. Bonsai dinegeri matahari terbit itu berkembang dengan pesat dan hampir melupakan negeri China sebagai negara asal teknik pemangkasan tanaman ini, walaupun tidak sedikit juga sebagian pihak mengklaim bahwa kretifitas tertinggi teknik pengkerdilan tanaman melalui seni pemangkasan ini berasal dari Jepang.

http://lintasberitaonline.blogspot.com/2010/10/sejarah-sebenarnya-bonsai.html
Selengkapnya...

Komentar via Facebook